Berkomunikasi Baik dan Positif dalam Keluarga

Membangun Komunikasi yang baik dengan anak sangatlah penting dan sangat diperlukan bagi setiap orangtua, karena komunikasi yang baik akan menjalin hubungan yang baik pula antara orangtua dengan anak. Anak, ibarat kertas putih, apa yang diajarkan itulah yang ia pelajari, apa yang dengarnya itulah yang akan dia ucapkan, apa yang dia rasakan itu pulalah yang akan mereka katakan, apa yang mereka lihat itulah yang akan mereka lakukan. Setiap orangtua “kapanpun”, “di manapun”, dan dalam “kondisi apapun”, perlu berkomunikasi yang baik dan efektif karena akan membantu perkembangan anak menjadi lebih baik.

Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan perilaku pada anak. Memungkinkan terjadinya saling pengertian antara orangtua dan anak. Apa yang dikehendaki oleh orangtua dapat dimengerti oleh anak atau demikian pula sebaliknya. Anak akan merasa aman, nyaman bila berkomunikasi dengan orangtua sehingga tumbuh rasa diri berharga.

Bagaimana membuat kalimat positif pada anak.

1. Bila orangtua biasa menggunakan kalimat negatif pada anak, dampaknya akan berjarak hubungan orang tua dengan anaknya. Sebaliknya bila orangtua bisa bicara dengan menggunakan kalimat baik dan positif maka anak akan merasa nyaman bila berhubungan dengan orangtuanya.

2. Keterampilan berkalimat baik dan positif memerlukan latihan dan pembiasaan, mengingat kalimat negatif lebih mudah diucapkan secara spontan dibandingkan dengan kalimat positif. Mengapa bisa dikatakan lebih mudah mengucapkan kalimat negatif secara spontan? Karena kalimat ini merupakan respon sesaat atas kondisi yang dilihat dari anak, yang tidak dikehendaki orang tuanya. Misalnya, orang tua melihat anaknya memukul adiknya akan terkejut menyaksikan hal itu. Kalimat spontan yang meluncur dari ayah ataupun ibu: “dasar anak nakal, jangan memukul adikmu lagi ya”.

3. Bagaimana menggubah kalimat “dasar nakal, jangan memukul adikmu” menjadi kalimat positif. Memerlukan pemikiran dan pembiasaan dalam merangkai dan menyusun kalimatnya seperti “tanganmu bukan untuk memukul adikmu, tapi tanganmu digunakan untuk hal hal baik”.

4. Pandangan anak tentang dirinya akan baik atau tidak baik, sangat tergantung pada bagaimana cara orangtua berkomunikasi dengan mereka. (lihat ilustrasi diatas)

5. Bagaimana Menggunaan Kalimat Positif
Mengganti kalimat negatif seperti kata “jangan”, “tidak boleh”, “dilarang” dengan kalimat positif yang semakna dengannya. Misal, ketika terlihat beberapa anak sedang asyik bermain naik-turun tangga, orangtua dapat menegurnya dengan menggunakan kalimat persuasif, “turun nak, mainnya di lantai bawah saja, yuk!” sebagai pengganti dari kalimat negatif berikut, “aduh, jangan main di tangga, nanti jatuh!”. Contoh lain; seperti “Kalau nonton TV jangan dekat-dekat”, menjadi “Kalau nonton TV, mundur lagi, duduk di sofa”. “Mainan jangan dimasukin mulut”, diubah menjadi “Yang boleh masuk ke mulut, makanan dan minuman”.

6. Menggunakan kalimat positif untuk mengarahkan anak, karena anak akan lebih mudah mencerna kalimat positif daripada mengatakan kalimat negatif atau larangan, meskipun artinya sama.

” Komunikasi adalah jalan dua arah menerima dan memberi ”