Pendidikan PAUD adalah Holistik

Prinsip Pendidikan PAUD secara terpadu adalah holistik, mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan anak, perlunya keselarasan pendidikan yang dilakukan keluarga-sekolah-masyarakat, dan berbasis keilmuan. Praktek pendidikan anak yang tepat perlu dikembangkan dalam bidang keilmuan yang relevan. Demikian ungkap Dra. Nana Maznah Prasetyo, M.Si. dalam workshopnya yang berjudul ‘Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini’. 26 Desember 2013 lalu di Aula Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang.

Konsep PAUD di Indonesia bertujuan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Disamping itu agar pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

Pemberian stimulasi pendidikan dalam suasana bermain biasanya berhasil dalam membuat perkembangan anak-anak usia emas, yaitu dari sejak kandungan hingga 3 tahun, dapat berkembang secara baik. Serabut-serabut otak yang berkembang dengan baik (rimbun) akan membuat anak mudah menerima pelajaran-pelajaran, baik dari segi motorik, kognitif dan afeksinya. Sebagai contoh menyanyikan bersama lagu kupu-kupu. Dalam bait-baitnya bisa kita manfaatkan dengan memberikan pertanyaan antara lain: kupu-kupu yang indah itu bagaimana? Apa saja warnanya? Lucunya kupu-kupu bagaimana? Melalui pertanyaan-pertanyaan ini sang guru dapat memancing anak-anak untuk berpikir tentang kupu-kupu sesuai dengan angan-angan mereka. Melalui pertanyaan yang interaktif, diharapkan anak-anak dapat berpikir dan mengembangkan imajinasinya, sehingga merangsang otak agar dapat bekerja dengan baik dan berkembang dengan rimbun.

Jika anak tidak dilatih perkembangan otaknya, dan di dalam keluarga selalu menerima cacian, ledakan amarah orangtua, maka yang berkembang justru hanyalah batang otak. Sedangkan emosi dan otak berpikirnya tidak terlatih sama sekali. Ini mengakibatkan sang anak bisa meledak-ledak amarahnya, suka memukuli teman dan tidak terasah afeksi dan emosinya.

Di Indonesia, masih banyak para orangtua mengajarkan anaknya tidak dengan pola mengasuh tapi lebih kepada penegakan peraturan yang kaku dan kurang mendidik. Sehingga mereka terjebak dalam rutinitas tanpa dikembangkan perasaan dan emosinya. Paradigma inilah yang harus dirubah, imbuh Nana.”Memang perlu dilatih untuk merubah kebiasaan kita sebagai orangtua. Tapi ini demi perkembangan anak-anak yang akan berpengaruh di masa depan yang lebih baik”

Holistik2

Camat Buahdua Beni Samiaji S.Sos mengungkapkan bahwa pentingnya pendidikan anak di usia dini dapat menghasilkan generasi penerus yang mandiri dan kuat dalam menghadapi tantangan globalisasi. Beni berharap, 10-20 tahun ke depan, anak-anak yang dibina dengan baik dapat menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang baik dan pengusaha yang sukses. Baik sukses urusan duniawi, maupun rohaninya.

Hadir dalam workshop para ibu anggota Himpaudi kecamatan Buahdua, Istri Camat Tika Kartika, Ketua UPTD Marku, Penilik Een Rohaeni dan Ketua Himpaudi Nunung S. Nurhayati. Seperti halnya peserta yang pernah mengikuti workshop Nana di tempat lain, mereka mengharapkan dapat menimba ilmu parenting kembali di lain waktu. Senada dengan harapan peserta, Camat Beni berencana akan mengundang Nana Maznah mengadakan workshop bagi remaja pra nikah dan para lansia./*